Yenny Wahid
Yenny Wahid yang bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid
(lahir di Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974; umur 36 tahun) adalah
seorang aktivis Islam dan politisi Indonesia
Keluarga
Pada tanggal 15 Oktober 2009 Yenny menikah dengan Dhorir Farisi.[1]
Tanggal 13 Agustus 2010 Yenny melahirkan putrinya, Malica Aurora
Madhura.[2]
Latar Belakang
Yenny Wahid adalah anak Gus Dur yang kedua. Ia mempunyai seorang
kakak, Alisa Wahid dan dua orang adik, Anita Wahid dan Inayah Wahid.
Seperti halnya ayahnya, ia terlahir dalam lingkungan keluarga NU.
Pola pikirnya pun tidak jauh dengan ayahnya yang lebih mengedepankan
Islam yang moderat, menghargai pluralisme dan pembawa damai. Meskipun
mendapatkan gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas
Trisakti, tetapi ia memutuskan untuk menjadi wartawan.
Sebelum terjun secara khusus mendampingi ayahnya, Yenny bertugas
sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh. Ia menjadi koresponden koran
terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne)
antara tahun 1997 dan 1999. Saat itu, meski banyak reporter keluar dari
Timor Timur, Yenny tetap bertahan dan melakukan tugasnya. Ia sempat
kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi, namun
seminggu kemudian ia kembali ke sana. Liputannya mengenai Timor Timur
pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award.[3]
Belum terlalu lama menekuni pekerjaannya, ia berhenti bekerja karena
ayahnya, Gus Dur, terpilih menjadi presiden RI ke-4. Sejak itu,
kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya,
dengan posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.
Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny menempuh
studi S2 di Harvard Kennedy School of Government di bawah beasiswa
Mason[4]. Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai
direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia
menduduki jabatan tersebut.
Yenny juga aktif dalam Partai Kebangkitan Bangsa.
sumber: wikipedia.org
EmoticonEmoticon